Jakarta, mataperistiwa.com– Seminar hasil kajian kerjasama riset Daerah Aliran Sungai (DAS) Kedunglarangan, Jawa Timur, yang digelar oleh AQUA Pandaan bersama Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Montpellier, Perancis, memberikan wawasan penting mengenai pengelolaan sumber daya air. Hasil riset menunjukkan bahwa daerah resapan Sungai Kedunglarangan mampu menghasilkan air hingga 1.200 liter per detik, dengan 670 liter per detik berasal dari mata air.
Penelitian yang berlangsung sejak 2020 ini tidak hanya menggambarkan potensi DAS Kedunglarangan tetapi juga tantangan besar yang dihadapi terkait peningkatan eksploitasi air tanah dan perubahan lahan.
Peningkatan Penggunaan Sumur Bor: Dampak dan Implikasi
Menurut Azwar Satrya, Direktur Water Resources, Science & Process Technology Danone Indonesia, penggunaan sumur bor di DAS Kedunglarangan meningkat hingga 200% dari tahun 2010 hingga 2020, mencapai 560 liter per detik.
Distribusi penggunaan air sumur bor:
- Industri (tekstil, manufaktur, lainnya): 54%
- Air minum dalam kemasan (AMDK): 21%
- Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM): 13%
- Hotel dan perumahan: 8%
- Air isi ulang: 4%
Azwar menekankan perlunya manajemen air tanah yang baik untuk menjaga keseimbangan penggunaan air bagi semua pihak. "Dengan pengelolaan yang efektif, tren eksploitasi ini dapat distabilkan untuk keberlanjutan sumber daya air," ujarnya.
Perubahan Lahan dan Risiko Kontaminasi
Riset juga mencatat perubahan signifikan pada penggunaan lahan di daerah resapan DAS Kedunglarangan, seperti meningkatnya pemukiman, pertanian heterogen, dan tanah terbuka. Hal ini meningkatkan risiko kontaminasi air tanah akibat limbah domestik dan penggunaan pupuk yang tidak terkendali.
Azwar mengusulkan penerapan teknik konservasi, seperti:
- Sumur resapan
- Rorak
- Biopori
Selain itu, ia menggarisbawahi pentingnya pemantauan debit air dan tingkat air tanah secara berkelanjutan.
Dukungan Pemerintah Daerah
Taufikhul Ghony, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Pasuruan sekaligus Ketua Forum DAS Kabupaten Pasuruan, menegaskan bahwa kajian ini dapat menjadi dasar ilmiah untuk kebijakan lingkungan.
"Kami telah menetapkan kebijakan yang mengatur industri agar berkontribusi pada konservasi lingkungan. Selain itu, kami sedang mengembangkan sistem pembayaran jasa lingkungan hidup," jelasnya.
Forum DAS Kabupaten Pasuruan juga diakui sebagai model pengelolaan sumber daya air yang inovatif di tingkat pemerintah daerah.
Harapan dan Langkah ke Depan
Hasil kajian ini diharapkan mendorong pelaksanaan konservasi yang lebih efektif melalui kolaborasi multi-pemangku kepentingan. Dengan penetapan lokasi dan vegetasi yang tepat, serta penerapan teknik konservasi yang terukur, DAS Kedunglarangan bisa menjadi model pengelolaan sumber daya air berkelanjutan di Indonesia.
“Semoga hasil riset ini menjadi komitmen bersama untuk memperkuat pelestarian lingkungan, khususnya di DAS Kedunglarangan,” tutup Taufikhul Ghony.(Red.AL)

0 komentar:
Posting Komentar